/script> Musyawarah, Mengatasi Masalah Tanpa Masalah | Islamic's Teens

Friday, December 21, 2012

Musyawarah, Mengatasi Masalah Tanpa Masalah


Perseteruan yang terjadi diantara dua kubu itu akan melahirkan bencana baru, yang korbannya adalah bukan yang berseteru tetapi rakyat yang tidak tahu.
Adalah di negeri Surawesthi, Pangeran Surabaya menerima laporan intelijen, bahwa prajurit Mataram kini sudah bergerak menuju ke arah timur. Kemudian Adipati Surawesthi mengirimkan utusan ke kadipaten tetangga yakni ; Tuban, Sedayu, Lamongan, Lasem , Gresik Lumajang, Kertasana, , Pasuruan, Kediri, Wirasaba, Blitar, Ngawi, Majapura, Pringgabaya, Rembang, Pajangkungan, Mandura, Pamekasan, Baliga, Aribanggi.
Kadipaten tetangga ini merupakan
koalisi oposisi yang menentang terhadap penobatan Raja Mataram yang baru yaitu Panembahan Senapati. Kelompok koalisi Adipati di seluruh brang wetan, diminta membantu mengirimkan pasukannya untuk bergabung, dan mengajukan mosi tidak percaya terhadap keberadaan Panembahan Senapati, yang dianggap curang telah mengeksploitir para Pangeran dan sentana di Kasultanan Pajang untuk melakukan kudeta terhadap Sultan Pajang.
Para bupati brang wetan sudah bergabung dengan Adipati Surabaya. Sidang darurat dilakukan di pendapa Kadipaten Surabaya. Pangeran Surabaya yang memimpin rapatnya, agenda pokok adalah mengepung istana Kerajaan Mataram, untuk melengserkan Panembahan Senapati.
Pasukan dari Surabaya sudah bergerak kearah barat, mereka tidak hanya menunggu datangnya serbuan yang mendadak, tetapi menggunakan taktik jemput bola yaitu menghadang pasukan musuh. Divisi pasukan infanteri, kavaleri dan artileri dari Surabaya maupun Mataram sama-sama bergerak menuju ke suatu titik yang belum jelas.
Pasukan Mataram telah memasuki wilayah Japon, dan akan menaklukan Japon terlebih dahulu, sebelum datangnya pasukan dari Surabaya. Japon menjadi ajang pertempuran, hampir saja Japon ditaklukan , tetapi datang bantuan dari Surabaya. Pertempuran pun terjadi, para prajurit sudah bertempur tanpa sebab, kecuali hanya taat melaksanakan perintah atasannya, prajurit banyak yang luka, mayat berserakan dimana-mana.
Melihat situasi yang semakin mengkhawatirkan seluruh prajurit brang wetan, maka Pangeran Surabaya segera mengirimkan utusan untuk menghadap Sunan Giri , sebagai seorang murid maka ia perlu untuk meminta restunya, Dalam suratnya dilaporkan bahwa Panembahan Senapati sudah menggempur Japon, tanpa alasan yang jelas. Sunan Giri , sebagai seorang yang sudah ngerti sadurunge winarah mengutus dua orang santrinya untuk menyampaikan nawala kepada Pangeran Surabaya dan Panembahan Senapati Ing Ngalaga. Dalam suratnya Sunan Giri meminta kepada masing-masing untuk datang ke pondok pesantren Giri Prapen, serta agar dilakukan gencatan senjata.Wong Agung Mataram dan Pangeran Surabaya keduanya bersama menuju ke Pondok Pesantren Sunan Giri. Keduanya sudah menghadap Sunan Giri, duduk dengan takzim dan tidak berani memandang mata Sunan.
Kemudian gandhèk Giri mengatakan “ hèh wong Agung Mentaram lan sira wong Agung Wetan sedaya, sareng praptanira wus sami tata lenggah, pepak kang para dipati, ingsun ingutus Gusti Sunan Giri kinèn mring pakenira amaringaken kang tulis, gya priksakena timbalandalem sami” ( wahai Wong Agung Mataram dan juga Wong Agung brang wetan, setelah kedatangan paduka berdua , hamba diperintahkan untuk memberikan surat ini pada paduka berdua, bacalah dengan teliti ).
Kemudian masing-masing membaca surat dari Sunan Giri “ pènget ing salam donga njeng Sunan ing Giri, dhawuh mring sira ki Jèbèng Mataram lan Jèbèng Surawesthi, awawan wawan arebut jeneng sirèki. Balik mengko lah padha rembugana, dipunpatut ing budi, déné mengko ana pamiyaking Ywang Suksma kang gedhé miwah kang cilik. Lah sabarena durung mangsa ing mangkin. Balik mengko paréntah ingsun mring sira, irengan klawan isi, padha dèn piliha, aja ana kang sulaya. Dèn rena printahing Widhi” ( doa dan salam dari Sunan Giri, memerintahkan kepada kalian berdua Wong Agung Mataram dan Surawesthi, jangan berebut cari nama. Tetapi musyawarahkanlah dulu yang baik-baik dengan penuh rasa. Karena nanti akan ada solusi dari Yang Maha Kuasa, apakah itu besar ataupun kecil. Sabarkanlah diri kalian, karena ini belum saatnya, tunggulah kemudian. Adapun permintaanku, kalian aku persilakan memilih antara isi dan tempat, kalian pilih dengan cermat dan jangan ada perselisihan. Besarkan hatimu terhadap Perintah Illahi Rabbi).
Itulah cuplikan dari Serat Babad Mangir, yang mengisahkan penyerbuan Mataram untuk menaklukkan kerajaan kecil di brang wetan dan Bali. Kedua pemimpin yang berseteru hanya karena membela kehormatan sebuah nama. Ternyata gengsi terhadap rasa kehormatan ini berakibat semakin menyengsarakan rakyat di kedua belah pihak. Pangeran Surabaya meminta bantuan dukungan dari seluruh Adipatibrang wetan, meskipun para Adipati ini sebenarnya tidak mempunyai persoalan terhadap Mataram, tetapi karena sentimen primordial yang dihembuskan oleh Adipati Surabaya, pada akhirnya terbentuk opini kebencian terhadap kebesaran Mataram, yang diisukan akan merampok harta kekayaan rakyat di brang Wetan, dan akan memenjarakan atau membunuh siapapun yang tidak mendukung ketika penobatannya sebagai Penguasa Mataram.
Kedua penguasa Mataram maupun Surawesthi adalah sama-sama murid dari Sunan Giri, beliau adalah tokoh yang sangat dihormati oleh Mataram maupun Brang wetan, Sunan Giri hanya memberi surat pada keduanya agar sabar dan dimusyawarahkan. Karena kedua Pemimpin itu masih memiliki rasa hormat pada sang Guru, maka kedua kubu bersedia menaati.
Nah sekarang ini yang jadi persoalan murid sudah tidak hormat lagi pada gurunya, dan sang guru sudah tidak ada lagi, jadi harus bagaimana………………………..?????

Sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/22/musyawarah-mengatasi-masalah-tanpa-masalah/

0 comments:

Post a Comment

KOMENTAR BLOG REMAJA ISLAM INDONESIA

 
Description: Rating: 4.5 Reviewer: - ItemReviewed: