/script> January 2013 | Islamic's Teens

This is default featured slide 1 title

Money is nothing at now. Iman (ALLAH) is everything for us. Just say thank you Allah and pray for him! (Yusron Eka Sunarsono)

This is default featured slide 2 title

Identify yourself and explore your talent. Everyone has a lot of latent talent! God is always with you! (Yusron Eka Sunarsono)

This is default featured slide 3 title

Social regardless of religion, ethnicity, race, and achievement .. What matters is how we live it .. (Yusron Eka Sunarsono)s.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, January 30, 2013

Cara Bergaul Yang Baik Dengan Teman


SUMBER: http://arifbachtiar.blogspot.com/2012/06/cara-bergaul-yang-baik-dengan-teman.html

Pada postingan saya kali ini saya akan membahas bagaimana cara bergaul dengan teman sebaya, dengan teknik komunikasi yang baik tentunya.tapi sebelum masuk ke pembahasan materi,sebelumnya saya perkenalkan diri saya terlebih dahulu,saya adalah seorang yang sangat pemalu dan melankolis.tapi tunggu dulu,saya malu kalau saya nggak ngobrol dengan teman seharian,saya ingin dekat dengan teman saya setiap hari,bahkan kalau teman saya sedang di luar kota pasti saya menyempatkan untuk mengirim pesan pendek sekedar untuk menyapa.
Perlu ketahui bahwa punya teman banyak sangat

Tuesday, January 29, 2013

Sinetron Remaja, Generasi Yang Nggak Punya Harga Diri


SUMBER: http://islampos.com/sinetron-remaja-generasi-yang-nggak-punya-harga-diri-7035/

islampos.com—TUJUH taon belakangan ini, terutama sejak taon 2005, sinetron remaja emang makin membludak di layar televisi. Nggak sekadar tayang begitu aja, karena manbayangin!, sinetron-sinteron itu ditayangin pada jam prime time(antara pukul 18.30 sampe 21.00). Hmm, tau sendirikan, nggak sembarang acara bisa nongol di televisi pada jam-jam segitu. Maklum, acara di jam prime time jelas-jelas mendapat perhatian dan rating tinggi. Iklannya bejibun, dan ditonton oleh banyak orang. Dan, nggak cuma di satu televisi doang. Semua televisi (swasta) berlomba-lomba mengusung sinetron remaja silih berganti dan nggak jarang berentetan sekaligus
Kalo mau dhitung jumlahnya, dalam sehari kita bisa melototin semua sinetron itu lebih dari 25 biji! Dalam sehari! Uhuks! Catet guys!, itu cuma sinetron tentang remaja doang belom ditambah dengan sinetron-sinetron lainnya kayak sinetron ibu-ibu, sinetron silat, en sinetron anak-anak. Hitungannya, itu aja kalo di setiap stasiun televisi ada dua sinetron remaja setiap harinya. Padahal di beberapa stasiun televisi jumlahnya bisa mencapai 3 atawa 4. Dalam seminggu sinetron remaja bisa nongol 80 buah! (biasanya pas hari Ahad nggak begitu banyak, paling cuma 1 dan itupun hanya di beberapa stasiun teve aja).
Mustinya, kita seneng dong dengan banyaknya  tayangan yang mengetengahkan kehidupan tentang kita sebagai pelajar dan remaja? Hmm, itu dia, tunggu dulu! Ada yang ganjil dan ngaco tentang sinetron-sinetron remaja itu.
Sobat, film (atawa sinetron) sebagai seni adalah salah satu bentuk potret dari kebudayaan atawa realitas yang ada. Tapi apa bener begitu? Di sinetron-sinetron tersebut, yang ada malah kontradiktif kayaknya. Gimana nggak? Kalo Ente pernah (atau bahkan freaky) sinetron-sinetron itu, bener-bener sangat jauh dari kenyataan yang kita jalani sehari-hari. Bayangin aja, misalnya anak sekolah. Tau sendiri kan gimana dandanan anak sekolah di sinetron. Rambut pake style terbaru—nggak jarang dicat en di-punk segala (harajuku!), seragam udah nggak karu-karuan. Baju udah nggak pernah deh dimasupin, rok perempuannya mini banget. Aksesorisnya hmmm, bayangin aja kalung anjing aja bisa ada di leher para pemerannya. Anting di kuping? Tindik?  Hahh, itu sih udah lazim banget! Brur, apa udah sebegitu parahnya dandanan kita-kita ini? Kayaknya nggak deh! Seburuk-buruknya para pelajar di Jakarta sekalipun, belom ada kayaknya yang kayak gitu.
Miris en jengkel aja bawaannya. Kayaknya tuh sinetron pengen banget nunjukkin kalo kita tuh pelajar zaman kiwari songong-songong en nggak punya etika. Sesuatu yang sesungguhnya jauh panggang dari api! Alias boong besar!
Seperti tadi dibilangin, emang di sinetron-sinetron itu nggak ada faedah-faedahnya, emang bener! Apa yang mau diliat coba? Dari segi cerita, ancur abis. Sangat nggak masup akal! Coba aja liat skenarionya. Ada seorang pemuda yang sakti mandraguna banget, bisa  mengubah-ngubah wajahnya menjadi kayak apa aja yang dimau hingga banyak digila-gilai cewek. Modalnya cuma sebuah cincin doang. Ada juga ikan yang sakti yang bisa nolongin si jagoan utama. Ada juga anak miskin yang jadi kaya karena bantuan dari dunia ghaib. Walah-walah, bisa bikin hati pegel!
Pada dasarnya hanya ada tiga yang menjadi tema besar tuh sinetron-sinetron cupu. Pertama yang pasti dan jadi menu andalan, tentang seks. Seks bebas yang kecil-kecilan maupun dalam porsi yang besar. Ini kayaknya menjadi agenda utama dan musti ada di semua sinetron. Dengan alasan modern en anak gaul, karakter-karakter yang ada di sinetron itu enteng aja membawa permasalahannya ke permukaan. Heran dah, anak sekolah kok kerjaannya musti ajaaaa mikirin tentang cowok atau cewek pacarnya. Kayak nggak ada persoalan laen yang lebih bergizi gitu! Emang di seusia kita, ketertarikan lawan jenis lagi ngejedar-ngejedarnya, tapi kok ya masak sih hidup kita ini cuma dipake buat mikirin cinta yang jahil abis begitu?
Menu yang kedua, kriminal. Ampir nggak ada di sinetron-sinetron ini yang nggak berbau kejahatan. Ada tokoh yang jahatnya minta ampun, ibu tiri yang kejam, saudara kandung yang penuh dengki, dan lain sebagainya yang semuanya ngegambarin dunia ini is so severe! Yang bikin ngeri, semuanya itu diberi solusi instan yang efeknya bener-bener nggak manusiawi: dihabisin atawa dibunuh! Hahhh!!!
BRUR, nggak usah heran kalo sebenernya fenomena sinetron remaja sekarang ini cenderung berorientasi ke arah popularitas dan materi semata. Akbibatnya, hasil pesan yang disampein tuh filmnya jadinya jelas-jelas nggak kreatif. Artinya, hampir nggak ada pesan sosial yang berarti. Sebaliknya hanya sekadar menampilkan kehidupan remaja terutama di kota-kota besar, di mana pesan yang ingin disampein kepada penonton cenderung hanya bersifat menghibur en memancing emosi remaja yang imitasi, yang palsu.
Guys, kenapa semua ini terjadi? Minimal ada empat  unsur yang mempengaruhi fenomena di atas. Pertama, dari sisi pelaku. Baik artis, sutradara, maupun para pelaku sinetron punya fikroh(paham) Barat berupa kebebasan berekspresi yang bersumber dari demokrasi. Mereka beranggapan, kalo nggak ngerugiin orang lain dan nggak melanggar HAM, apa urusannya? Mereka juga beranggapan, semua yang mereka lakukan itu adalah seni.
Alasan kedua adalah bisnis (faktor ekonomi). Mereka melakukan semua itu demi uang, tanpa peduli apakah yang dilakukannya itu mau halal atau haram kek, apakah berakibat buruk atau baik bagi masyarakat, what the heck! Ini sebenernya sebanding dengan hukum ekonomi itu sendiri. Pernah nggak sih kepikiran, kenapa sinetron-sinetron itu malah menjamu dan makin banyak? Itu karena ada yang beli. Ada yang nonton. Lantas, siapa yang nonton, siapa kalo bukan remaja-remaja seumuran kita—dan jangan-jangan bisa jadi kita juga malah ikutan nonton.
Alasan ketiga, karena kitanya diam. Kita sebagai masyarakat nggak bereaksi apapun terhadap sinetron-sinetron yang nggak punya harga diri itu. Kita hafal bagnet kalo para penggagas ide kebebasan berekspresi dan berperilaku itu biasanya berlindung di balik jargon demokrasi. Ketika mereka menyuguhkan pornografi atau pornoaksi, mereka cukup berkata, “Biarlah masyarakat yang menilai, karena masyarakat sekarang sudah dewasa.” Nah, celakanya, meski sebagian besar masyarakat (en kita juga) nggak setuju terhadap fenomena di atas, malah cenderung diam aja. Nggak protas-protes, lewat sekadar telefon ke televisi yang bersangkutan ataupun nulis surat pembaca di media massa gitu. Kalo sering digituin, percaya dah, tuh orang-orang lama-lama bakalan jadi keder juga.
Jangankan melakukan aksi menentang keberadaan fenomena di atas, sekadar berkomentar dengan nada sinis saja nggak bisa. Sikap diam kita ini  bisa dijadikan pembenaran oleh penggagas ide sesat di atas sebagai ’tanda setuju’ terhadap apa yang mereka lakukan, karena nggak ada protes apalagi pemboikotan.
Dan alasan yang terakhir neh, dukungan pemerintah. Pemerintah, secara sadar ataupun nggak, justru menjadi pendorong utama bagi tumbuh-suburnya “penyimpangan” sinetron di atas. Gimana nggak? Pemerintah udah mengadopsi demokrasi dan HAM sebagai mainstream (arus utama) dalam menata negeri ini. Sebagaimana kita ketahui, yang menjadi alasan utama para penggagas dan pelaku penyimpangan sosial di atas adalah demokrasi dan HAM. Dari sinilah kita bisa mengerti mengapa pemerintah nggak bisa melarang bahkan menghapus praktik-praktik sesat di atas.
Bos, sekarang neh, semuanya mulai berada di tangan kita.  Akankah kita jadi penikmat sejati sinetron amburadul di televisi yang nggak punya harga diri sama sekali nyatain perang sama sinetron Indonesia yang nggak punya gizi? [islampos]islampos.com—TUJUH taon belakangan ini, terutama sejak taon 2005, sinetron remaja emang makin membludak di layar televisi. Nggak sekadar tayang begitu aja, karena manbayangin!, sinetron-sinteron itu ditayangin pada jam prime time(antara pukul 18.30 sampe 21.00). Hmm, tau sendirikan, nggak sembarang acara bisa nongol di televisi pada jam-jam segitu. Maklum, acara di jam prime time jelas-jelas mendapat perhatian dan rating tinggi. Iklannya bejibun, dan ditonton oleh banyak orang. Dan, nggak cuma di satu televisi doang. Semua televisi (swasta) berlomba-lomba mengusung sinetron remaja silih berganti dan nggak jarang berentetan sekaligus
Kalo mau dhitung jumlahnya, dalam sehari kita bisa melototin semua sinetron itu lebih dari 25 biji! Dalam sehari! Uhuks! Catet guys!, itu cuma sinetron tentang remaja doang belom ditambah dengan sinetron-sinetron lainnya kayak sinetron ibu-ibu, sinetron silat, en sinetron anak-anak. Hitungannya, itu aja kalo di setiap stasiun televisi ada dua sinetron remaja setiap harinya. Padahal di beberapa stasiun televisi jumlahnya bisa mencapai 3 atawa 4. Dalam seminggu sinetron remaja bisa nongol 80 buah! (biasanya pas hari Ahad nggak begitu banyak, paling cuma 1 dan itupun hanya di beberapa stasiun teve aja).
Mustinya, kita seneng dong dengan banyaknya  tayangan yang mengetengahkan kehidupan tentang kita sebagai pelajar dan remaja? Hmm, itu dia, tunggu dulu! Ada yang ganjil dan ngaco tentang sinetron-sinetron remaja itu.
Sobat, film (atawa sinetron) sebagai seni adalah salah satu bentuk potret dari kebudayaan atawa realitas yang ada. Tapi apa bener begitu? Di sinetron-sinetron tersebut, yang ada malah kontradiktif kayaknya. Gimana nggak? Kalo Ente pernah (atau bahkan freaky) sinetron-sinetron itu, bener-bener sangat jauh dari kenyataan yang kita jalani sehari-hari. Bayangin aja, misalnya anak sekolah. Tau sendiri kan gimana dandanan anak sekolah di sinetron. Rambut pake style terbaru—nggak jarang dicat en di-punk segala (harajuku!), seragam udah nggak karu-karuan. Baju udah nggak pernah deh dimasupin, rok perempuannya mini banget. Aksesorisnya hmmm, bayangin aja kalung anjing aja bisa ada di leher para pemerannya. Anting di kuping? Tindik?  Hahh, itu sih udah lazim banget! Brur, apa udah sebegitu parahnya dandanan kita-kita ini? Kayaknya nggak deh! Seburuk-buruknya para pelajar di Jakarta sekalipun, belom ada kayaknya yang kayak gitu.
Miris en jengkel aja bawaannya. Kayaknya tuh sinetron pengen banget nunjukkin kalo kita tuh pelajar zaman kiwari songong-songong en nggak punya etika. Sesuatu yang sesungguhnya jauh panggang dari api! Alias boong besar!
Seperti tadi dibilangin, emang di sinetron-sinetron itu nggak ada faedah-faedahnya, emang bener! Apa yang mau diliat coba? Dari segi cerita, ancur abis. Sangat nggak masup akal! Coba aja liat skenarionya. Ada seorang pemuda yang sakti mandraguna banget, bisa  mengubah-ngubah wajahnya menjadi kayak apa aja yang dimau hingga banyak digila-gilai cewek. Modalnya cuma sebuah cincin doang. Ada juga ikan yang sakti yang bisa nolongin si jagoan utama. Ada juga anak miskin yang jadi kaya karena bantuan dari dunia ghaib. Walah-walah, bisa bikin hati pegel!
Pada dasarnya hanya ada tiga yang menjadi tema besar tuh sinetron-sinetron cupu. Pertama yang pasti dan jadi menu andalan, tentang seks. Seks bebas yang kecil-kecilan maupun dalam porsi yang besar. Ini kayaknya menjadi agenda utama dan musti ada di semua sinetron. Dengan alasan modern en anak gaul, karakter-karakter yang ada di sinetron itu enteng aja membawa permasalahannya ke permukaan. Heran dah, anak sekolah kok kerjaannya musti ajaaaa mikirin tentang cowok atau cewek pacarnya. Kayak nggak ada persoalan laen yang lebih bergizi gitu! Emang di seusia kita, ketertarikan lawan jenis lagi ngejedar-ngejedarnya, tapi kok ya masak sih hidup kita ini cuma dipake buat mikirin cinta yang jahil abis begitu?
Menu yang kedua, kriminal. Ampir nggak ada di sinetron-sinetron ini yang nggak berbau kejahatan. Ada tokoh yang jahatnya minta ampun, ibu tiri yang kejam, saudara kandung yang penuh dengki, dan lain sebagainya yang semuanya ngegambarin dunia ini is so severe! Yang bikin ngeri, semuanya itu diberi solusi instan yang efeknya bener-bener nggak manusiawi: dihabisin atawa dibunuh! Hahhh!!!
BRUR, nggak usah heran kalo sebenernya fenomena sinetron remaja sekarang ini cenderung berorientasi ke arah popularitas dan materi semata. Akbibatnya, hasil pesan yang disampein tuh filmnya jadinya jelas-jelas nggak kreatif. Artinya, hampir nggak ada pesan sosial yang berarti. Sebaliknya hanya sekadar menampilkan kehidupan remaja terutama di kota-kota besar, di mana pesan yang ingin disampein kepada penonton cenderung hanya bersifat menghibur en memancing emosi remaja yang imitasi, yang palsu.
Guys, kenapa semua ini terjadi? Minimal ada empat  unsur yang mempengaruhi fenomena di atas. Pertama, dari sisi pelaku. Baik artis, sutradara, maupun para pelaku sinetron punya fikroh(paham) Barat berupa kebebasan berekspresi yang bersumber dari demokrasi. Mereka beranggapan, kalo nggak ngerugiin orang lain dan nggak melanggar HAM, apa urusannya? Mereka juga beranggapan, semua yang mereka lakukan itu adalah seni.
Alasan kedua adalah bisnis (faktor ekonomi). Mereka melakukan semua itu demi uang, tanpa peduli apakah yang dilakukannya itu mau halal atau haram kek, apakah berakibat buruk atau baik bagi masyarakat, what the heck! Ini sebenernya sebanding dengan hukum ekonomi itu sendiri. Pernah nggak sih kepikiran, kenapa sinetron-sinetron itu malah menjamu dan makin banyak? Itu karena ada yang beli. Ada yang nonton. Lantas, siapa yang nonton, siapa kalo bukan remaja-remaja seumuran kita—dan jangan-jangan bisa jadi kita juga malah ikutan nonton.
Alasan ketiga, karena kitanya diam. Kita sebagai masyarakat nggak bereaksi apapun terhadap sinetron-sinetron yang nggak punya harga diri itu. Kita hafal bagnet kalo para penggagas ide kebebasan berekspresi dan berperilaku itu biasanya berlindung di balik jargon demokrasi. Ketika mereka menyuguhkan pornografi atau pornoaksi, mereka cukup berkata, “Biarlah masyarakat yang menilai, karena masyarakat sekarang sudah dewasa.” Nah, celakanya, meski sebagian besar masyarakat (en kita juga) nggak setuju terhadap fenomena di atas, malah cenderung diam aja. Nggak protas-protes, lewat sekadar telefon ke televisi yang bersangkutan ataupun nulis surat pembaca di media massa gitu. Kalo sering digituin, percaya dah, tuh orang-orang lama-lama bakalan jadi keder juga.
Jangankan melakukan aksi menentang keberadaan fenomena di atas, sekadar berkomentar dengan nada sinis saja nggak bisa. Sikap diam kita ini  bisa dijadikan pembenaran oleh penggagas ide sesat di atas sebagai ’tanda setuju’ terhadap apa yang mereka lakukan, karena nggak ada protes apalagi pemboikotan.
Dan alasan yang terakhir neh, dukungan pemerintah. Pemerintah, secara sadar ataupun nggak, justru menjadi pendorong utama bagi tumbuh-suburnya “penyimpangan” sinetron di atas. Gimana nggak? Pemerintah udah mengadopsi demokrasi dan HAM sebagai mainstream (arus utama) dalam menata negeri ini. Sebagaimana kita ketahui, yang menjadi alasan utama para penggagas dan pelaku penyimpangan sosial di atas adalah demokrasi dan HAM. Dari sinilah kita bisa mengerti mengapa pemerintah nggak bisa melarang bahkan menghapus praktik-praktik sesat di atas.
Bos, sekarang neh, semuanya mulai berada di tangan kita.  Akankah kita jadi penikmat sejati sinetron amburadul di televisi yang nggak punya harga diri sama sekali nyatain perang sama sinetron Indonesia yang nggak punya gizi? [islampos]

Sunday, January 27, 2013

JANJI TERAKHIR


SUMBER: http://cerpen.gen22.net/2012/05/cerpen-cinta-sedih-janji-terakhir.html


oleh Efih Sudini Afrilya

Cerpen Cinta Sedih
Pagi ini dia datang menemuiku, duduk di sampingku dan tersenyum menatapku. Aku benar-benar tak berdaya melihat tatapan itu, tatapan yang begitu hangat, penuh harap dan selalu membuatku bisa memaafkannya. Aku sadar, aku sangat mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia., meski dia sering menyakiti hatiku dan membuatku menangis. Tidak hanya itu, akupun kehilangan sahabatku, aku tidak peduli dengan perkataan orang lain tentang aku. Aku akan tetap memaafkan Elga, meskipun dia sering menghianati cintaku.

“Aku gak tau harus bilang apa lagi, buat kesekian kalinya kamu selingkuh! Kamu udah ngancurin kepercayaan aku!”

Aku tidak sanggup menatap matanya lagi, air mataku jatuh begitu deras menghujani wajahku. Aku tak berdaya, begitu lemas dan Dia memelukku erat.

“Maafin aku Nilam, maafin aku! Aku janji gak akan nyakitin kamu lagi. Aku janji Nilam. Aku sa

Saturday, January 26, 2013

Pengertian Konsep Diri Menurut Beberapa Ahli


SUMBER: http://www.diwarta.com/pengertian-konsep-diri-menurut-beberapa-ahli/653/

(Pengertian Konsep Diri menurut Beberapa Ahli) – Definisi konsep diri menurut para tokoh sangat beragam artinya. Rochman Natawidjaya (1979: 102) menjelaskan bahwa “konsep diri adalah persepsi individu tentang dirinya, kemampuan dan ketidakmampuannya, tabiat-tabiatnya, harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain”.
Konsep diri juga merupakan “gambaran mental diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan diri dan penilaian terhadap diri sendiri” (James F Calhoun, 1995: 90). Pengertian konsep diri menurutJalaludin Rahmat (1996: 125) yaitu “Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita, persepsi ini boleh bersifat psikologis, sosial dan psikis. Konsep diri bukan hanya gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian kita”. Pengertian konsep diri dalam istilah umum mengacu pada persepsi seseorang mengenai dirinya sendiri. Persepsi ini terbentuk melalui kesimpulan-kesimpulan yang diambil berdasarkan pengalaman pengalaman dan persepsi-persepsi terutama dipengaruhi oleh reward dan punishment yang diberikan oleh seseorang yang berarti dalam kehidupannya.
Menurut Hurlock (1994) yang dimaksud konsep diri adalah

Thursday, January 24, 2013

7 Cara Menghindari Pergaulan Bebas

SUMBER: http://www.iniloh.net/2012/06/7-cara-menghindari-dan-mengatasi.html

1. Mengisi Waktu Kosong Dengan Kegiatan Positif ( Buat Anak Remaja )

Daripada kalian yang masih remaja ini membuang waktu kalian dengan malas - malasan atau keluyuran tidak jelas yang nantinya bisa terjerumus kedalam pergaulan bebas lebih baik gunakan waktu kalian dengan kegiatan positif seperti belajar, sembahyang, belajar ke agamaan atau membuat kegiatan sosial lainnya yang berguna seperti mengumpulkan bantuan untuk korban bencana alam atau dari hal yang

Tuesday, January 15, 2013

Langkah Praktis Agar Remaja Muslim Bisa Berdakwah


SUMBER: http://www.voa-islam.com/teenage/smart-teen/2010/03/22/4197/langkah-praktis-agar-remaja-muslim-bisa-berdakwah/

ISLAM bukanlah keyakinan yang individualistik dan ego-sentris. Kaum muslimin memiliki tugas untuk menyebarkan ajaran-ajaran agama. Islam mengajarkan bahwa setiap muslim dan muslim memiliki andil untuk berdakwah. Tak terkecuali para pemuda dan remaja muslim. Kita semua diharuskan untuk mengajak teman-teman kita agar dekat dengan Allah. Jika demikian, maka segenap pemuda dan remaja muslim memiliki peran krusial dalam dakwah. Yup, mengenai hal ini, semua pasti setuju.

Allah telah mendudukkan para remaja dan pemuda di posisi yang mungkin tidak ada orang lain yang mendudukinya. Karena mereka menjadi orang-orang dekat yang  berkomunikasi dengan

Monday, January 14, 2013

Percaya Diri (PD) Berbicara


            Kebetulan, saya mengalami hal yang seperti ini. Malu berbicara di depan umum. Baik ketika melakukan presentasi, pidato, ceramah, atau bahkan hanya sekedar menjadi MC. Semua pernah saya rasakan. Kali ini, saya ingin nge-share sedikit tips dan triks agar teman-teman sekalian menjadi remaja yang oke! Ya seputar bagaimana cara mengatasi malu berbicara di depan umum tersebut. Oke langsung saja......

Sunday, January 13, 2013

Menganyam Kesabaran

"Kriiinnnggg!" Jam wekker di samping kepalaku berbunyi nyaring. Reflek kugerakkan tanganku memencet tombolnya. Hmmm, jam 4.45. Kulihat Aa sudah tidak ada di sampingku, aku bergerak menyalakan heater dan bergerak menuju ruang sebelah. Di sana kulihat Aa tertidur dengan pulasnya. Dengan jaket tebal dan sarungnya. Posisinya melingkar membuat tubuh Aa yang jangkung tampak mengecil. Aku tersenyum. Rupanya Aa shalat malam tanpa membangunkan aku.Terlihat terjemahan Al quran yg masih terbuka di samping kepala Aa. Kututup perlahan terjemahan itu. Kuberjongkok di samping tubuh Aa, tersenyum memandangi wajah Aa yang

Saturday, January 12, 2013

Mengatasi Kesedihan Akibat Perpisahan


Perpisahan identik dengan pertemuan, dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Kala bersekolah kita bertemu di awal semester awal dengan teman teman baru, saling bertegur sapa hingga karena sering berbicara kita menjadi akrab,namun pada akhirnya setelah ujian akhir kita harus berpisah karena harus pindah berkuliah ketempat lain.
begitupun di pekerjaan,lama bersama sama membangun karier,pasti suatu saat akan ada teman yang pindah kepekerjaan yang lain untuk mencari yang lebih baik.

Dan perpisahan yang paling mendasara dan tak mungkin bisa dihindari adalah perpisahan karena

Thursday, January 3, 2013

Bagaimana Mengenali Bakat Diri?


Setiap orang adalah individu yang unik. Setiap orang juga bertanggung jawab atas dirinya sendiri untuk menemukan misi hidupnya masing-masing. Agar kita bisa berkontribusi maksimal, tentunya akan sangat baik bila kita bekerja di bidang yang paling sesuai dengan keunikan kita. Ibaratnya bisa menjadi ikan dalam air, atau burung di udara.
Mengenali bakat merupakan hal yang gampang-gampang susah. Kenalkah Anda dengan JK Rowling? Itu loh, penulis Harry Potter yang buku terakhirnya terjual 8.9 juta hanya dalam waktu semalam di Amerika dan Inggris saja. Semula dia kerja sebagai pelayan toko. Hidupnya susah karena

 
Description: Rating: 4.5 Reviewer: - ItemReviewed: